Lompat ke isi

Pertempuran Siping

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pertempuran Siping
Bagian dari Perang Saudara Tiongkok

Pasukan TPR sedang membombardir posisi Nasionalis
Tanggal15-17 Maret 1946
LokasiSiping, Jilin, Republik Tiongkok
Hasil Kemenangan Komunis yang menentukan
Pihak terlibat

Tentara Revolusioner Nasional

Tentara Pembebasan Rakyat
Tokoh dan pemimpin
Liu Handong Li Tianyou
Wan Yi
Kekuatan
3.000 6.000
Korban
3.000 235

Pertempuran Siping (四平战斗) atau sering juga disebut Pertempuran Pembebasan Siping (四平解放战), adalah pertempuran yang terjadi antara Komunis dengan pasukan Nasionalis di Jilin, Republik Tiongkok untuk menguasai Siping selama Perang Saudara Tiongkok. Pertempuran ini terjadi setelah Tentara Merah Soviet mundur dari Siping pada Maret 1946. Pihak Komunis berhasil memenangkan pertempuran ini.

Pendahuluan

[sunting | sunting sumber]

Pada 8 Januari 1946, Liu Handong (刘瀚东), Komandan Divisi Nasionalis ke-107, tiba di Siping bersama dengan lebih dari seratus rekannya untuk membahas pemindahan kota dari Tentara Merah Soviet kepada pemerintahan Republik Tiongkok. Tentara Merah pada saat itu masih menduduki Kota Siping. Selanjutnya, pada 10 Januari, Nasionalis membentuk Provinsi Liaobei dan Liu Handong ditunjuk menjadi Kepala Provinsi dan anggota pemerintah Provinsi Nasionalis Li Chongguo (李充国) ditunjuk sebagai Wali kota Siping.

Kaum Nasionalis tidak memiliki pasukan atau aset transportasi yang cukup untuk secara efektif mengambil kendali atas wilayah Tiongkok yang sebelumnya diduduki Jepang, dan mereka tidak dapat menyisihkan cukup pasukan untuk mempertahankan Kota Siping hingga bala bantuan tiba, sehingga Nasionalis di Siping merekrut para bandit di wilayah tersebut, termasuk geng Bagus di bawah Langit (天下好) dan Terbang di atas Rumput (草上飞), untuk mengamankan garnisun lokal.

Kehadiran geng-geng tersebut semakin membuat marah penduduk setempat, yang sebelumnya sudah menyalahkan Nasionalis karena kehilangan wilayah oleh penjajah Jepang. Akibatnya, kaum Nasionalis kehilangan dukungan rakyat di wilayah tersebut, masalahnya makin diperburuk oleh fakta bahwa para bandit bayaran tersebut malah melawan kaum Nasionalis baik sebelum maupun selama perang dan bahkan bekerja sama dengan penjajah Jepang. Kaum Nasionalis juga merekrut pasukan dari bekas rezim boneka Jepang Manchukuo, seperti Pasukan Besi dan Batu (铁石部队), untuk menjadi bagian dari garnisun lokal, yang malah hanya meningkatkan kebencian dari penduduk setempat, karena selama itu telah menderita di bawah rezim boneka Jepang.

Referensi

[sunting | sunting sumber]